ETIKA PENGEMBANGAN IPTEKS DALAM ISLAM
MAKALAH
ETIKA PENGEMBANGAN IPTEKS DALAM ISLAM
Tugas kelompok ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Al Islam IV
Dosen Pengampu :
Samson Fajar, M. Sos. I
DISUSUN
OLEH
BIOLOGI A
KELOMPOK 03
1. Annisa Umairoh : 15320002
2. Astri Yulianti : 153200
3. Ayu Eka Sari : 153200
4. Indah Kurnia Sari : 153200
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan hidyah-Nya kepada kita semua sehingga kita
masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segalalarangan-Nya. Sholawat beserta salam kita
junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada
orang tua yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang
tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Agus Sutanto,M.Si. , Rasaune Noor, M.Sc. dan Suharno Zen, M.Sc. Selaku dosen pengampu mata kuliah Al
Islam IV,
dan semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga
dapat terselesaikannya tugas makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa universitas Muhammadiyah
Metro khususnya dan pembaca pada umumnya.
Metro, oktober 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BABI PENDAHULUAN..................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya
dengan nilai
dan ajaran islam..............................................................
2.2 Paradigma ilmu bebas nilai................................................................
2.3 Perlunya akhlak islami dalam
penerapan IPTEKS ............................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Etika adalah pondasi utama dalam mengembangkan sebuah
teknologi, etika juga sangat penting dalam setiap penerapan-penerapan tindak
laku seorang muslim, tanpa etika yang baik muslim bukanlah seorang muslim dan
manusia bukanlah seorang manusia,
قَالَ
إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا ٦٧
وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗ٦٨
67.
Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersama aku. 68.
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hal itu?
(QS. Al- Kahf: 67-68)
Etika dan
teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Etika adalah sumber dasar yang mampu memberikan
nilai-nilai positif terhadap
kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi
adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata
yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju
lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran,
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sebagai contoh
adalah firman Allah SWT
وَعَلَّمۡنَٰهُ صَنۡعَةَ
لَبُوسٖ لَّكُمۡ لِتُحۡصِنَكُم مِّنۢ بَأۡسِكُمۡۖ فَهَلۡ أَنتُمۡ شَٰكِرُونَ ٨٠
80.
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah).(QS. Al Anbiya:80)
Dari
keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan
sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak
lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan
itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar
umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah
mengambil dan mentransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan
dengan mudah pula mereka membelenggu para pemikir Islam sehingga sampai saat
ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah:
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran
islam ?
2.
Apakah
makna dari Paradigma ilmu bebas nilai ?
3.
Mengapa
Perlunya akhlak islami dalam penerapan IPTEKS ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
dari makalah ini adalah:
1.
Memahami
sinergi ilmu dan pengintegrasiannya
dengan nilai dan ajaran islam
2.
Memahami makna dari Paradigma ilmu
bebas nilai
3.
Memahami perlunya akhlak islami dalam penerapan
IPTEKS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sinergi ilmu dan
pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran islam.
Merujuk
kepada sejarah Islam, teknologi bukanlah sesuatu yang asing. Teknologi akan
terus berkembang sejalan dengan kepandaian manusia untuk memudahkan urusan
kehidupan. Islam tidak pernah menghalangi atau bahkan mengharamkan teknologi
terutama dimanfaatkan untuk pendidikan. Tidak ada hukum sesuatu itu haram
kecuali terdapat nas dan dalil terang menyatakan sesuatu itu haram.
Wacana
perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan sebagaimana
yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan
penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk
kesadaran bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh.
Peserta
didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima pelajaran
pendidikan agama Islam. Ketika disampaikan tentang haramnya makanan tertentu
maka mereka tidak serta merta menerima namun mereka mempertanyakan tentang
keharaman makanan tersebut. Dalam kasus seperti inilah peran sains diharapkan
mampu memberikan penjelasan secara menyeluruh. Sehingga antara pendidikan agama
Islam dan sains dapat saling mendukung dalam memberikan pemahaman yang utuh
kepada peserta didik.
Integrasi
sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan
sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan
diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak
lagi dianggap sebagai Agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas
untuk perkembangan ilmu dan teknologi.
Agama,
dalam hal ini Islam sebagai paradigma,
saat ini masih sebagai justifikasi atau pembenaran terhadap konsep-konsep sains
dan belum menjadi paradigma keilmuan yang menyeluruh (holistik).
Orientasi dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu umum
haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya
antara Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and
match.
Integrasi
sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara
Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk
membuktikan bahwa Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak
menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka
dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu.
Sebagai
seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa penyebab Islam dalam kondisi
terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa
lain sudah berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang
bagaimana mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam)
masih sibuk untuk menyelesaikan problem-problem yang semestinya sudah tidak
perlu dipersoalkan seperti halnya kunut, bid’ah, do’a jama’ah, zikir ba’da
shalat, dan lain sebagainya“.
Melirik
sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal
sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu, baik
ilmu Agama maupun ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam
ilmu umum itu juga merupakan ilmu Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/
tersirat) sebut saja misalnya Ibn Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali
(450-505/ 1059-1111) Ibn Rusd, Ibn Thufail dan lain sebagainya. Mereka
adalah para figur intelektual muslim yang memiliki kontribusi besar
terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika pada awalnya
kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan
Bahasa, maka pada periode berikutnya, setelah kemenangan Islam di berbagai
wilayah, kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika,
kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Melihat
fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya para
ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual muslim
yang direbut pada masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan
menurut beliau inilah yang mesti direbut kembali dengan dalih ilmu itu
merupakan daur (berputar) mulai dari Yunai berpindah ke Bangsa
Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insyaAlloh
akan dapat kita raih kembali.
2.2 Paradigma
ilmu bebas nilai.
Ilmu bebas
nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu
itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara
hakiki menentukan ilmu itu sendiri.
Josep
Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa
ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai.
Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor
ideologis, religious, cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom
ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan
penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis
yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu
bersifat universal.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.
2.3 Perlunya Akhlak Islami Dalam Penerapan IPTEKS
Secara etimologi, etika
berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos, ethos (adat, kebiasaan,
praktek). Sebagaimana digunakan Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter”
dan “disposisi” (kecondongan). Kata moralis diperkenalkan ke dalam kosa kata
filsafat oleh Cirero. Baginya kata ini ekuivalen dengan kata ethikos
yang diangkat oleh Aristoteles. Kedua istilah itu menyiratkan hubungan dengan
kegiatan praktis.
Sedangakan menurut Islam
sendiri Etika adalah “Akhlak”. Akhlak atau etika Islam lebih bersifat berkisar sekitar
Tuhan. Karena dalam Islam, etika lebih dikaitkan dengan pahala dan dosa.
Etika Islam merupakan
bentuk frasa dan pemikiran yang muncul dalam
diri kaum muslim itu sendiri. Munculnya etika Islam didasarkan pada
Al-Qur’an dan As-Shunnah. Etika Islam dalam penerapan Bidang Ilmu kini mendapat
implikasi negative, dikarenakan perbedaan agama, budaya dan gaya hidup dari
negara-negara Barat yang menjadi produsen ilmu tersebut. Sebab paradigma dan
pelaksanaan komunikasi Barat yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis,
materialistis serta penggunaan media secara kapitalis.
Etika Islam dalam Ilmu Pengetahuan yang hangat diperbincangkan akhir-akhir
ini terutama menyangkut teori dan prinsip-prinsip etika Islam, serta pendekatan
Islam tentang Ilmu Pengetahuan. Titik penting munculnya aktivisme dan pemikiran
mengenai etika Islam ditandai dengan terbitnya beberapa media social, sebut
saja salah satunya Friendster. Ini semakin menunjukkan jati diri etika seorang
muslim yang tengah mendapat perhatian dan sorotan masyarakat tidak saja di
belahan negara berpenduduk Muslim tetapi juga di negara-negara Barat. Isu-isu
yang dikembangkan dalam media sosial tersebut menyangkut Islam dan komunikasi
yang meliputi perspektif Islam terhadap media, pemanfaatan media massa pada era
pascamodern, kedudukan dan perjalanan media massa di negara Muslim serta
perspektif politik terhadap Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Etika Islam yang
berfokus pada ayat-ayat Al-Qur’an yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim.
Tujuan akhirnya adalah menjadikan etika Islam sebagai landasan utama dalam
penerapan Ilmu Pengetahuan, terutama dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang bersesuaian dengan fitrah penciptaan manusia. Kesesuaian
nilai-nilai Al-Qur’an dengan dimensi penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberi
manfaat terhadap kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam perspektif ini,
etika Islam merupakan proses penyaringan atau tukar menukar informasi yang
menggunakan prinsip dan kaedah etika islam dalam Alquran. Etika Islam dengan
demikian dapat didefenisikan sebagai proses penyaringan nilai-nilai Islam dari
komunikator/produktor kepada komunikan/konsumen dengan menggunakan
prinsip-prinsip etika yang sesuai dengan Alquran dan Hadis.
Dalam Islam, prinsip etika merupakan hak eksklusif dan bahan komoditi yang
bersifat memikat, tetapi ia memiliki
norma-norma dan moral imperatif yang bertujuan sebagai service membangun
kualitas manusia secara paripurna. Jadi Islam meletakkan inspirasi tauhid
sebagai parameter pengembangan teori ilmu pengetahuan dan Alquran menyediakan
seperangkat aturan dalam prinsip dan tata beretika dalam penerapan ilmu
pengetahuan.
Dalam masalah ketelitian
menerima Penemuan Sains dan Teknologi, Alquran misalnya memerintahkan untuk
melakukan check and recheck terhadap informasi yang diterima.
Dalam surah al-Hujurat
ayat 6 dikatakan
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن
تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ
عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ ٦
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.
Oleh karena itu, penerapan etika
islam dalam menanggapi perkembangan ilmu Pengetahuan
sangat di perlukan, agar terciptanya masyarakat muslim yang madani dan tidak
terlalu jauh menikmati kefaanaan alam dunia ini. Selain itu, proses pendidikan
Islam juga merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan, potensi hidup
manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, dan
sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana nilai- nilai Islam,
yaitu nilai-nulai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak karimah.
Tujuan
kependidikan Islam adalah merupakan penggambaran nilai-nilai Islami yang hendak
diwujudkan dalam pribadi manusia, dengan istilah lain tujuan pendidikan Islam
perwujudan nilai-nilai Islami dalam diri manusia didik. Jadi kesanalah
pendidikan Islam seharusnya diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK.
Peran Pendidikan Agama Islam dalam
Perkembangan Sains dan Teknologi
Peran Pendidikan Islam dalam
perkembangan teknologi, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Aqidah Islam Sebagai Dasar Sains dan Teknologi
Inilah peran
pertama pendidikan islam yang dimainkan dalam iptek, yaitu menjadikan aqidah
Islam sebagai basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
b. Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan
Teknologi
Peran kedua
Islam dalam perkembangan sains dan teknologi, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan sains dan teknologi. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek,
bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan sains dan teknologi yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Jika dua peran ini
dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaAlloh akan ada berbagai
berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.
Upaya Pendidikan Islam dalam Menghadapi Dampak negatif
Sains dan Teknologi
Materi pendidikan Islam harus mampu menstimulir fitrah
manusia, baik fitrah ruhani, akal, maupun perasaan sehingga dapat melaksanakan
perannya dengan baik, entah sebagai hamba Allah SWT..ataupun sebagai khalifah
dimuka bumi.
Menurut Prof. A. Qodry Azizy (2004: 81), tiga komponen yang dimiliki
pendidikan Islam sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan sains dan
teknologi ke posisi semula, yaitu
a. Amar ma’ruf
Pendidikan
Islam memperkenalkan konsep pengembangan amar ma’ruf. Tidak hanya kaitannya
dalam pergaulan sosial saja, akan tetapi amar ma’ruf ini dimaknai juga sebagai
pengembangan diri dan iptek secara positif. Jadi apapun yang dihasilkan oleh
umat Islam harus mampu memberikan nilai positif bagi kehidupannya dan habitat
di sekelilingnya. Begitu pun dalam pengembangan iptek, umat Islam harus
mengarahkan penggunaan iptek kepada hal yang benar, yang diridhoi oleh Allah
SWT.
b. Nahi Munkar
Pendidikan
Islam mengarahkan manusia untuk mampu membedakan dan memilih kebenaran.
Seandainya ada penyalahgunaan iptek, maka pendidikan Islam mengharuskan umat
Islam untuk menghindarinya dan memperbaiki serta mencegah penyalahgunaannya
kembali.
c. Iman kepada Allah
Poin ketiga
ini menjadi poin utama dasar pendidikan Islam. Karena dengan keimanan yang
kuat, umat Islam akan mampu menghadapi dampak negatif iptek yang hadir. Iman
kepada Allah SWT akan menghadirkan rasa takut untuk bermaksiat terhadap-Nya,
dan rasa malu untuk melakukan kerusakan di bumi. Sebesar apapun serangan dampak
negatif iptek, umat Islam akan mampu membentengi diri melalui peningkatan
keimanan yang terus menerus. Karena pada dasarnya dampak negatif iptek tidak
akan terbendung, hanya diri kitalah yang harus membentengi diri sebaik mungkin
untuk menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam
dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi
dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengi atau
dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan tersebut akan
muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu,
ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu
sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan
sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi ilmu berarti adanya
penguasaan sains dan teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian
Islam.
Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains
dan teknologi diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna
dan mudah dipahami. Sehingga tujuan pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu
kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran,
latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
Selain memberi panduan hidup kepada manusia agar
menjadi manusia yang bertaqwa yang dapat selamat dan menyelamatkan, Al-Qur’an
banyak terkandung informasi-informasi ilmiah. Walaupun Al-Qur’an bukan
merupakan kitab sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi sains dan
teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang sangat penting saja
dari ilmu-ilmu dan teknologi yang dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam
untuk belajar, mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggara, Inggit. 2012. Integrasi
PendidikanAgama Islam Dengan Sains Dan Teknologi.
https://inggitanggara.wordpress.com/2012/12/13/integrasi-pendidikan-agama-islam-dengan-sains-dan-teknologi/.(online). Diakses
pada hari Kamis, tgl 11 oktober 2017, pukul 19.00 WIB.
Abdorin, Muhammad. 2012. Ilmu Bebas
Nilai. http://muhamad
abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html. (online). Diakses pada hari Kamis, tgl 11 oktober 2017,
pukul 19.00 WIB.
Fauzia, Ina. 2015. Etika Islam dalam
Penerapan IPTEKS.
http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/etika-islam-dalam-penerapan-ipteks.html.(online). Diakses
pada hari Kamis, tgl 11 oktober 2017, pukul 19.00 WIB.
Komentar
Posting Komentar